MATA KULIAH : ILMU UKUR TANAH I
|
TOPIK :
PENGUKURAN PENAMPANG & PROFIL MEMANJANG
|
LEMBAR KERJA
|
Program : PTB
Jurusan : PTK
Semester : III
Universitas Sebelas Maret
|
Pengukuran Penampang Memanjang Keliling.
|
Waktu : 4 x
50 menit
Hari : Selasa
Tanggal : 6 November
2015
Kelompok : III
Lokasi : Lab. Kayu
FKIP IV pabelan
|
A. STANDAR KOMPETENSI
Membuat Peta Sederhana, Kerangka Vertikal
dan Levelling.
B. KOMPETENSI DASAR
Pengukuran Profil Memanjang.
C.
SUB
KOMPETENSI DASAR
Mengukur Profil Memanjang Keliling.
D.
INDIKATOR
1.
Membuat
sketsa lokasi praktek dengan tepat dan benar.
2.
Mengoperasikan pesawat Theodolite Topcon dengan tepat dan benar.
3.
Mengukur
profil melintang dengan tepat dan benar.
4.
Melakukan
perhitungan data benar.
5.
Menggambar
hasil perhitungan dengan benar.
6.
E. TUJUANPEMBELAJARAN
- Mahasiswa dapat membuat sketsa lokasi
praktek dengan tepat dan benar.
- Mahasiswa dapat mengoperasikan
pesawat Theodolite
Topcon dengan tepat dan benar.
3.
Mahasiswa
dapat mengukur profil melintang dengan tepat dan benar.
- Mahasiswa dapat melakukan perhitungan
data benar.
5. Mahasiswa dapat menggambar hasil
perhitungan dengan benar
F. PENDAHULUAN
Maksud pengukuran
Profil memanjang keliling adalah untuk mengetahui beda tinggi suatu wilayah.
Bila beda tinggi “h” diketahui antara titik A dan B, sedang titik A diketahui
sama dengan Ha dan Titik B letaknya lebih tinggi dari titik A, maka tinggi
titik B adalah Hb = Ha + h.
Dalam melakukan
pengukuran Profil memanjang keliling membutuhkan beberapa kali penyetelan
pesawat untuk memperoleh apa yang dikehendaki. Untuk itu, perlu waktu yang
cukup lama dan ketelitian dalam prakteknya sehingga diperoleh hasil yang tepat
dan benar. Selain itu kerjasama dan
kekompakan antar anggota kelompok harus benar – benar bagus agar pekerjaan
cepat selesai.
G. ALAT - ALAT YANG DIGUNAKAN :
- Pesawat
Theodolite Topcon : 1 buah
- Roll
meter :
2 buah
- Statif :
1 buah
- Baak ukur : 2 buah
- Unting–unting :
1 buah
- Payung :
2 buah
- Alat
tulis :
secukupnya
H.
TINDAKAN KEAMANAN
1. Memakai
pakaian praktikum,
2. Mengikuti pengarahan dan petunjuk dari
dosen pembimbing,
3. Mengecek
dan membawa peralatan praktik ke lokasi praktik dengan hati-hati,
4. Meletakan
alat praktik di tempat yang aman
5. Menggunakan alat praktik sesuai dengan
fungsinya,
6. Memeriksa alat-alat tersebut sebelum dan
sesudah praktiikum.
I. LANGKAH KERJA
1. Memperhatikan dan memahami petunjuk,
pengarahan dari dosen pembibimbing.
2.
Menulis bon peralatan di laboratorium menyerahkannya ke petugas
laboratorium dan
memeriksanya.
3.
Menentukan
lokasi dan membawa peralatan ke lokasi praktek.
4.
Menentukan
titik A ke P1 dengan jarak 10, kemudian P1 ke B dengan jarak 10 m kemudian memberi
tanda ditik A, P1, B.
5.
Melakukan langkah diatas dari B ke P2 dengan jarak
11 m, P2 ke C dengan jarak 11 m, C ke P3 dengan jarak 9 m, P3 ke D dengan jarak
9 m, D ke P4 dengan jarak 8 m, P4 ke A dengan jarak 8 m.
6.
Mendirikan pesawat Topcon Theodolit
pada P1
7.
Peyetela Statif
a.
Mendirikan statif.
b.
Kaki statif ditancapkan ke bawah hingga kuat,
c.
Pasang unting-unting pada sekrup penghubung untuk
memperoleh titik kedudukan pesawat,
d.
Meja statif diatur tingginya sesuai dengan pembidik dan
diperiksa kedatarannya,
e.
Hubungkan pesawat dengan kepala
statif, pasang sekrup penghubung untuk memperoleh kedudukan pesawat yang kokoh.
Serta ketiga sekrup pengatur kedudukan nivo tepat berada diatas kaki statif,
8.
Penyetelan pesawat.
a.
Meletakan as teropong pesawat agar berada segaris salah satu sekrup penyetel
kedataran misalnya : skrup C
b.
Menyetel nivo kotak dengan cara :
- Memutar skrup A, B secara bersama-sama (misal dengan arah masuk-masuk atau
keluar-keluar ) hingga posisi gelembung nivo berada ditengah-tengah diantara skrup A dan B.
- Memutar skrup C ke kiri atau ke kanan hingga gelembung
nivo bergeser ke tengah lingkaran indeks nivo.
-
Periksalah
kembali kedudukan gelembung nivo kotak dengan cara memutar teropong ke segala
arah.
- Bila ternyata posisi gelembung nivo
bergeser, maka ulangi lagi dengan cara a dan b. Pesawat
siap digunakan apabila gelembung nivo kotak berada di tengah-tengah, meskipun teropong diputar ke
segala arah.
c.
Mengatur nivo tabung
d.
Memutar sekrup pengatur
mikrometer sehingga titik indeks menunjukan
00’00”.
e.
Mengatur sudut vertikal 90°00’00”
dengan cara ,
·
Gerakkan teropong ke atas dan ke bawah hingga menunjukkan sudut 90° pada pembacaan vertikal atau mendekatinya. Kencangkan skrup pengunci vertikal dan putar skrup penggerak halus vertikal untuk menempatkan angka 90° .
9. Melepaskan kunci kompas dengan cara
menekan klem pengunci kompas sambil melihat garis indeks sudut horizontal dan
sudut horizontal dalam keadaan diam yang
berada diantara skrup pengatur mikrometer dan cermin penerang vertikal dan
horizontal.
10. Mengukur tinggi pesawat di titik P1 mulai dari permukaan tanah dibawah pesawat sampai
as teropong dengan menggunakan bak ukur.
11. Lepaskan sekrup pengunci arah
horizontal sehingga pesawat dapat diputar ke segala arah dan pesawat dapat
mulai digunakan untuk membidik bak ukur.
12. Tempatkan bak ukur di titik A, dengan posisi tegak.
13. Pesawat diarahkan ke bak ukur A sebagai bacaan belakang dan membidik bak ukur A,
membaca benang atas, tengah, bawah, serta sudut jurusan dengan menempatkan sudut horizantal terdekat
ketengah-tengah garis indeks horizontal dengan cara memutar mikrometer.
14. Mengembalikan posisi mikrometer ke posisi
00’00”
15. Pesawat diarahkan ke bak ukur B sebagai bak muka dan
membidik bak ukur B, seperti langkah
no.13.
16. Memindahkan pesawat di titik P2, kemudian
menyetel pesawat hingga siap dioprasikan seperti langkah 8-9.
17. Mengukur tinggi pesawat di titik P2 mulai dari permukaan tanah dibawah pesawat sampai as teropong dengan
menggunakan bak ukur.
18. Pesawat diarahkan ke bak ukur B sebagai bak belakang dan
membidik bak ukur B, seperti langkah
no.13.
19. Mengembalikan posisi mikrometer ke posisi
00’00”
20. Pesawat diarahkan ke bak ukur C sebagai bak muka dan
membidik bak ukur C, seperti langkah
no.13
21. Memindahkan pesawat di titik P3, kemudian
menyetel pesawat hingga siap dioprasikan seperti langkah 8-9.
22. Mengukur tinggi pesawat di titik P3 mulai dari permukaan tanah dibawah pesawat sampai
as teropong dengan menggunakan bak ukur.
23. Pesawat diarahkan ke bak ukur C sebagai bak
belakang dan membidik bak ukur C,
seperti langkah no.13.
24. Mengembalikan posisi mikrometer ke posisi
00’00”
25. Pesawat diarahkan ke bak ukur D sebagai bak muka dan
membidik bak ukur D, seperti langkah
no.13.
26. Memindahkan pesawat ketitik P4, kemudian menyetel pesawat hingga siap
dioprasikan seperti langkah 8-9.
27. Mengukur tinggi pesawat di titik P4 mulai dari permukaan tanah dibawah pesawat sampai
as teropong dengan menggunakan bak ukur.
28. Pesawat diarahkan ke bak ukur D sebagai bak belakang dan
membidik bak ukur D, seperti langkah
no.13.
29. Mengembalikan posisi mikrometer ke posisi
00’00”
30. Pesawat diarahkan ke bak ukur A sebagai bak muka dan
membidik bak ukur A, seperti langkah
no.13.
31. Untuk mengecek hasil pembacaan benang tengah pada pembacaan baak
ukur di setiap titik
digunakan rumus : (Ba – Bb) x 100.
32.
Untuk
menghitung jarak optis menggunakan rumus : D = ( Ba – Bb ) x 100 mm
33.
Untuk mengecek jarak,
menggunakan roll meter.
34. Memasukkan semua
data pengukuran ke tabel kemudian menghitung data tersebut serta mengoreksinya
tiap titik.
35. Menggambar peta dengan data yang telah
diperhitungkan.
36. Memeriksa
alat-alat yang telah selesai digunakan.
37. Mengembalikan
alat-alat praktek ke laboratorium.
38. Membuat laporan sementara
dari kegiatan praktik yang dilakukan.
39. Melakukan
perhitungan dan penggambaran dari data hasil pengukuran profil melintang di lapangan.
J. GAMBAR LANGKAH KERJA
Gambar 5.2.1 Mendirikan Statif
Gambar 5.2.2 Menyetel Pesawat
Gambar 5.2.3 Membaca
bak ukur
K.
DATA HASIL PENGUKURAN
Tabel 5.2.1 Data Pengukuran Penampang Memanjang
Keliling
No
|
Bak
|
tinggi Pesawat
|
Bacaan muka
|
Bacaan belakang
|
jarak
|
Sudut
|
|
|
Atas
|
Tengah
|
Bawah
|
Atas
|
Tengah
|
Bawah
|
|
Muka
|
Belakang
|
|
|
(mm)
|
(mm)
|
(mm)
|
(mm)
|
(mm)
|
(mm)
|
(mm)
|
(mm)
|
°
|
'
|
"
|
°
|
'
|
"
|
|
A
|
|
|
|
|
1295
|
1245
|
1195
|
10000
|
|
|
|
28
|
3
|
42
|
P1
|
|
1430
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
B
|
|
1614
|
1564
|
1514
|
|
|
|
10000
|
172
|
44
|
48
|
|
|
|
|
B'
|
|
|
|
|
1657
|
1602
|
1547
|
11000
|
|
|
|
309
|
35
|
15
|
P2
|
|
1408
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
C
|
|
1195
|
1141
|
1087
|
|
|
|
10800
|
77
|
58
|
54
|
|
|
|
|
C'
|
|
|
|
|
1185
|
1148
|
1111
|
7400
|
|
|
|
178
|
4
|
45
|
P3
|
|
1210
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
D
|
|
975
|
935
|
895
|
|
|
|
8000
|
357
|
48
|
12
|
|
|
|
|
D'
|
|
|
|
|
1000
|
995
|
910
|
9000
|
|
|
|
137
|
34
|
38
|
P4
|
|
1325
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
A'
|
|
1300
|
1256
|
1212
|
|
|
|
8800
|
272
|
9
|
36
|
|
|
|
L. PERHITUNGAN DATA
1. Sudut Dalam (α belakang – α
muka)
α P1 = α P1B - α P1A
= 172o44’48’’ - 28o4’42’’
=144 o 41’6’’
α B =360 o -( α BP1 - α BP2 )
= 360 o
– (352o44’48” - 128o35’15”)
= 136o50’27”
α P2 = 360 o - (α P2C –
α P2B)
= 360 o – (309o35’15”- 77o58’54”)
= 128o 23’39”
α C = (α CP3
– α CP2)
= (358o4’45”-
257 o 58’54”)
= 100 o5’51”
α P3 = (α P3D – α P3C)
= (357o48’12”-
178o4’45”)
= 179o43’27”
α D = (α DP4
– α DP3)
= (317o34’38”-
177o48’12”)
= 139o46’27”
α P4 = α P4A – αP4D
=
272o34’58”- 137o34’38”
=134o
34’58”
α A = α AP1
– α A P4
=
208o3’42”- 92o 9’36’’
=115o54’6”
∑ = 144
o 41’6’’+ 136o50’27”+ 128o 23’39 ”+ 100 o5’51”+ 179o43’27” + 139o46’28”+ 134o
34’58”+ 115o54’6” = 1080o
00’00”
(
- 2) . 180 = 6 . 180 = 1080
Koreksi
∑ - (1080o) = 0
1080o 00’00” – 1080o = 0
2. Sudut Luar (360 – αdalam )
α P1 = 360 o –
(α P1)
= 360 o – 144o41’6’’
= 215o18’54”
α B = 360 o – α B
= 360 o – 136o50’27”
= 223o9’33”
α P2 = 360 o –
α P2
= 360 o- 128o 23’39 ”
= 231o36’21”
α C = α360 o –
α C
= 360 o - ”+ 100 o5’51
= 259 o54’9”
α P3 360 o – α P3
= 360 o - 179o43’27”
= 180o43’33”
α D = 360 o – α D
=360 o - 139o46’28”
= 220o13’34”
α P4 = 360 o – α P4
=
360 o – 134o 34’58”+
=225o25’2”
α
A = 360 o – α A
=
360 o – 115o54’6”
=224o5’54”
∑ = 215o18’54”+ 223o9’33”+ 231o36’21”+
259 o54’9”+ 180o43’33”+ 220o13’34”+
225o25’2”+ 224o5’54”
= 1800o00’00”
(
+ 2) . 180 = 10 . 180 = 1800
3. Koreksi
∑ - (1800o) = 0
1800o 00’00” – 1800o
= 0
Tinggi titik patokan +100000(dianggap
sebagai BM)
Tinggi titik A = + 100000 mm
a.
Pembacaan baak P1-A
Ba = 1295
Bt
= 1245
Bb = 1195
Jarak Optis = (Ba – Bb) x 100
=
(1295 – 1195) x 100
=
10000 mm
Tinggi pesawat = 1430 mm
Beda tinggi = BTA – TP1 = 1245 – 1430 = - 185 mm
Tinggi titik P1 = 100000 -185 = + 99815 mm
b.
Pembacaan baak P1 – B
Ba = 1614
Bt
= 1564
Bb = 1514
Jarak Optis = (Ba – Bb) x 100
= (1614 – 1514) x 100
=
10000 mm
Tinggi pesawat = 1430 mm
Beda tinggi = TP1 – BTB = 1430 – 1564 = - 134 mm
Tinggi titik B = + 99815 - 134 = + 99681 mm
c.
Pembacaan baak P2 – B
Ba =
1657
Bt
= 1602
Bb =
1547
Jarak Optis = (Ba – Bb) x 100
=
(1657 – 1547) x 100
=
11000 mm
Tinggi pesawat = 1408 mm
Beda tinggi = BTB - TP2 = 1602 – 1408 = 194 mm
Tinggi titik P2 = + 99681 + 194 mm
= +99875 mm
d.
Pembacaan baak P2 – C
Ba = 1195
Bt
= 1141
Bb = 1087
Jarak Optis = (Ba – Bb) x 100
=
(1195 – 1087) x 100
=
10800 mm
Tinggi pesawat = 1408 mm
Beda tinggi = TP2 - BTC =1408 – 1141 = 267 mm
Tinggi titik C = +99875 + 267 = + 100142 mm
e.
Pembacaan baak P3 – C
Ba = 1185
Bt
= 1148
Bb = 1111
Jarak Optis = (Ba – Bb) x 100
=
(1185 – 1111) x 100
=
7400 mm
Tinggi pesawat = 1210 mm
Beda tinggi = BTC – TP3 = 1148 – 1210 = -62 mm
Tinggi titik P3 = + 100142 -62 = + 100080 mm
f.
Pembacaan baak P3 – D
Ba = 0975
Bt
= 0935
Bb = 0895
Jarak Optis = (Ba – Bb) x 100
=
(0975 – 0895) x 100
=
10000 mm
Tinggi pesawat = 1210 mm
Beda tinggi = TP3 - BTD = 1210 - 0935= 275 mm
Tinggi titik D = + 100080 + 275 = +100355 mm
g.
Pembacaan baak P4 – D
Ba = 1000
Bt
= 0995
Bb = 0910
Jarak Optis = (Ba – Bb) x 100
=
(1000 – 0910) x 100
=
9000 mm
Tinggi pesawat = 1325 mm
Beda tinggi = BTD – TP4 = 0995 - 1325 = - 330 mm
Tinggi titik P4 = + 100355 - 330 = + 100025 mm
h.
Pembacaan baak P4 – A
Ba = 1300
Bt
= 1256
Bb = 1212
Jarak Optis = (Ba – Bb) x 100
=
(1300 – 1212) x 100
=
8800 mm
Tinggi pesawat = 1325 mm
Beda tinggi = TP4 - BTA = 1325 - 1256 = 69 mm
Tinggi titik A = + 100025 + 69 = +100094 mm
Titik awal dengan titik akhir harusnya
mempunyai angka ketinggian yang sama, sedangkan pada pengukuran profil
memanjang keliling di atas belum memenuhinya.
Maka di dalam melakukan praktik, penyetelan kedataran pesawat, kurang
tegak dalam memegang baak ukur dan kurang teliti saat membaca baak umur. Sehingga selisih kesalahan tersebut harus
dikoreksi dengan rumus sebagai berikut:
Koreksi =
Selisih beda tinggi (∆t) = Tinggi akhir – tinggi awal
=
100094 – 100000 = 94 mm
a. Koreksi
P1 – A
b. Koreksi
P1 – B
c. Koreksi
P2 – B
d. Koreksi
P2 – C
e. Koreksi
P3 – C
f. Koreksi
P3 – D
g. Koreksi
P4 – D
h. Koreksi
P4 – A
4.
Tinggi Setelah Koreksi :
Tinggi titik =
beda tinggi -
koreksi
a. Tinggi
titik P1 = + 100000 + (-185)+(-12,53333) =+99802,46667
mm
b.
Tinggi titik B =+99802,46667+(-134)+(-12,53333) = + 99655,93333 mm
c.
Tinggi titik P2 =
+99655,93333+194+(-13,78667) = + 99836,14667
mm
d.
Tinggi titik C =
+ 99836,14667+267+(-13,536) = + 100089,6107
mm
e.
Tinggi titik P3 =
+ 100089,6107+(-62)+(-9,274667) = 100018,336
mm
f.
Tinggi titik D =
+100018,336+275+(-10,026670 = + 100283,3093
mm
g.
Tinggi titik P4 =
+100283,3093+(-330)+(-11,28) = + 99942,02933 mm
h.
Tinggi titik A =
+ 99942,02933+ 69– 11,02933 = +
100000 mm
M. TABULASI DATA
Tabel 5.2.2 Perhitungan Data Pengukuran Penampang
Memanjang Keliling
S No
|
Bak
|
tinggi
Pesawat
|
Bacaan
muka
|
Bacaan
belakang
|
jarak
|
sudut
|
Beda
Tinggi
|
tinggi
titik sebelum koreksi
|
koreksi
|
tinggi
titik sesudah koreksi
|
|
|
Atas
|
Tengah
|
Bawah
|
Atas
|
Tengah
|
Bawah
|
|
muka
|
belakang
|
|
|
(mm)
|
(mm)
|
(mm)
|
(mm)
|
(mm)
|
(mm)
|
(mm)
|
(mm)
|
°
|
'
|
"
|
°
|
'
|
"
|
(mm)
|
(mm)
|
(mm)
|
(mm)
|
|
A
|
|
|
|
|
1295
|
1245
|
1195
|
10000
|
|
|
|
28
|
3
|
42
|
-185
|
100000
|
-12,533333
|
100000
|
P1
|
|
1430
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
99815
|
|
99802,46667
|
|
B
|
|
1614
|
1564
|
1514
|
|
|
|
10000
|
172
|
44
|
48
|
|
|
|
-134
|
99681
|
-12,533333
|
99655,93333
|
|
B'
|
|
|
|
|
1657
|
1602
|
1547
|
11000
|
|
|
|
309
|
35
|
15
|
194
|
-13,786667
|
99655,93333
|
P2
|
|
1408
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
99875
|
|
99836,14667
|
|
C
|
|
1195
|
1141
|
1087
|
|
|
|
10800
|
77
|
58
|
54
|
|
|
|
267
|
100142
|
-13,536
|
100089,6107
|
|
C'
|
|
|
|
|
1185
|
1148
|
1111
|
7400
|
|
|
|
178
|
4
|
45
|
-62
|
-9,2746667
|
100089,6107
|
P3
|
|
1210
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
100080
|
|
100018,336
|
|
D
|
|
975
|
935
|
895
|
|
|
|
8000
|
357
|
48
|
12
|
|
|
|
275
|
100355
|
-10,026667
|
100283,3093
|
|
D'
|
|
|
|
|
1000
|
995
|
910
|
9000
|
|
|
|
137
|
34
|
38
|
-330
|
-11,28
|
100283,3093
|
P4
|
|
1325
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
100025
|
|
99942,02933
|
|
A'
|
|
1300
|
1256
|
1212
|
|
|
|
8800
|
272
|
9
|
36
|
|
|
|
69
|
100094
|
-11,029333
|
100000
|
O.
KESULITAN YANG DIHADAPI
1. Cuaca mendung yang mngakibatkan praktik
tergesa-gesa.
2. Banyak kendaraan lalu lalang.
3. Jalan menurun sehingga penarikan rol meter
susah untuk lurus.
P.
KETERAMPILAN YANG DIPEROLEH
1. Mahasiswa terampil membuat denah lokasi
praktek yang digunakan dengan benar.
2. Mahasiswa terampil mendirikan statif
dengan benar.
3. Mahasiswa terampil memasang pesawat dengan
benar.
4. Mahasiswa terampil menyetel kedataran
pesawat dengan benar.
5. Mahasiswa terampil menentukan azimuth
utara dengan benar.
6. Mahasiswa terampil membaca bak ukur dengan
benar.
7. Mahasiswa terampil membaca sudut jurusan
dengan benar.
8. Mahasiswa terampil mengukur tinggi pesawat
dengan benar.
9. Mahasiswa terampil mengecek jarak manual
dan perhitungan jarak optis dengan benar.
10. Mahasiswa terampil menghitung beda tinggi
dengan benar.
11. Mahasiswa terampil menghitung tinggi titik
dengan benar.
12. Mahasiswa terampil menggambar hasil
perhitungan dengan benar.
Q.
KESIMPULAN
1.
Dengan pesawat ukur tanah kita dapat melakukan
pengukuran profil memanjang keliling. Untuk melakukan pengukuran tersebut kita
harus dapat mengoperasikan pesawat dengan baik dan benar.
2.
Pada pengukuran ini kita dituntut untuk mengerti dan
menguasai medan tempat praktek, sehingga kita akan memperolah data yang akurat
dan benar. Untuk memperoleh data tersebut yang kita kerjakan antara lain : membidik
tiap-tiap titik yang telah ditentukan sehingga dapat diketahui jarak antar
titik, beda tinggi tiap titik, sudut azimuth titik terhadap arah utara, dan
pengikat tiap titik.
3.
Setelah kita mendapat data pengukuran kemudian data
diolah dengan beberapa rumus, gambar profil memanjang pada kertas millimeter
atau kertas grafik berdasarkan data tersebut.
4. Dalam
praktek ini diperlukan ketelitian, kerjasama kelompok yang baik, dan
perhitungan data yang tepat.
R.
SARAN
1.
Kesadaran
untuk saling membantu.
2.
Menghindari tanah
berbatu.
3.
Datang
tepat waktu.